CONTOH PIDATO TENTANG SAMPAH
PIDATO TENTANG SAMPAH
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Yang terhormat, Kepala SMP Negeri 9 Malang
Yang saya hormati, para staf SMP Negeri 9 Malang
Yang saya hormati, bapak/ibu guru dan karyawan SMP
Negeri 9 Malang
Yang saya cintai dan banggakan, semua siswa SMP
Negeri 9 Malang
Marilah kita panjatkan puji dan
syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kita kesehatan dan kesempatan
sehingga kita dapat berkumpul pada pagi hari ini.
Saat kita berjalan tadi untuk
berkumpul di lapangan Sahabat Bumi, kita bersama melihat sekitar kita. Masih
ada beberapa tempat di sekolah ini yang sampahnya terserak begitu saja. Bahkan,
pada tempat kita berdiri sekarang, masih ada sampah di sekitar kita.
Itulah yang akan saya bicarakan
pagi ini; yaitu masalah sampah di sekolah kita. Masalah sampah ini adalah masalah
yang sangat penting namun sering kita abaikan.
Sampah adalah sesuatu yang kita
hasilkan setiap hari, tetapi seringkali kita tidak menyadari dampaknya. Saat
ini, kita melihat sampah plastik, kertas, dan sisa makanan berserakan di
mana-mana. Apakah kita ingin belajar di lingkungan yang kotor dan tidak sehat
seperti itu? Tentu tidak. Masalah sampah tidak hanya merusak pemandangan,
tetapi juga dapat menimbulkan berbagai penyakit.
Masalah sampah bukan hanya masalah
kita sebagai warga SMP Negeri 9 Malang. Masalah sampah juga merupakan masalah
kita sebagai seorang warga negara. Menurut situs surabaya.bisnis.com., produksi
sampah di Malang jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan kemampuan Kota Malang
untuk mengelola sampah. Setiap hari, kota Malang memproduksi sampah sebanyak
778,34 ton. Sedangkan pengelolaan sampah di TPA Supit Urang hanya mampu
mencapai 35 ton per hari. Dari 700-an ton hanya dapat dikelola 35 ton, tentu
ini jumlah yang sangat tidak berimbang. Lalu, bagaimana dengan sisa sampah yang
tidak dapat dikelola? Bisa dihitung secara matematis, Malang menyisakan
beratus-ratus ton sampah yang tidak dapat dikelola setiap hari.
Coba kita pikirkan bersama. Kalau terus
begini, tinggal menunggu waktu saja untuk Malang menjadi kota yang penuh dengan
sampah. Pada saat siswa sudah bekerja atau kuliah nanti, itu berarti 3 sampai 5
tahun lagi, Malang bisa jadi menjadi kota yang sangat kumuh penuh dengan
sampah. Kita pasti tidak mau seperti ini, kan?
Lalu, bagaimana peran kita sebagai
warga sekolah terhadap sampah ini? Apa yang dapat kita lakukan untuk mengurangi
permasalahan sampah? Mungkin para siswa bertanya-tanya; Apa yang dapat
dilakukan oleh siswa dalam mengurangi permasalahan sampah?
Masalah sampah dapat diatasi dimulai
dari diri kita sendiri. Semua warga sekolah dapat membantu untuk mengurangi
permasalahan sampah dengan program yang saya sebut dengan nama “Bu Nya dan Bu Is
Naik Angkot”.
Dimulai dengan Bu Nya. Bu
Nya adalah membuang sampah pada tempatnya. Saat tidak ada tempat sampah di
sekitar, sampahnya dipegang terlebih dahulu sampai menemukan tempat sampah.
Tidak langsung dibuang sembarangan.
Langkah kedua adalah Bu Is,
yaitu membuang sampah sesuai dengan jenisnya. Jika sekolah sudah menyediakan
tempat sampah sesuai dengan jenisnya, kita harus tertib membuang sampah pada
tempat yang ditentukan sesuai dengan jenis sampah; organik, anorganik, atau
jenis lainnya.
Langkah ketiga adalah dengan Naik,
maksudnya menaikkan kesadaran terhadap sampah di sekitar. Saat ada sampah
berserakan, kita tidak hanya diam, tapi dengan sukarela mengambil sampah
tersebut dan membuangnya ke tempat sampah. Saat melihat kondisi kelas kotor,
dengan sukarela membersihkan kelas. Melaksanakan tugas piket kelas juga harus
dilakukan dengan bertanggung jawab.
Langkah keempat adalah Ang,
yaitu dari kata kurang, maksudnya mengurangi produksi sampah di sekolah. Contohnya
dengan hemat kertas saat pembelajaran. Biasanya saya temukan, siswa yang hanya
sedikit salah tulis langsung menyobek kertas dan membuangnya. Dengan
gampangnya, kertas ini akan menjadi sampah. Mengurangi sampah di sekolah juga
bisa dengan cara membawa bekal dengan wadah yang tidak sekali pakai. Membawa
minum dengan botol minum yang setiap hari dipakai bukan botol minum kemasan
sekali pakai. Membawa bekal makanan dengan kotak makan, bukan dengan kertas
bungkus atau kertas plastik yang langsung dibuang.
Langkah terakhir yang dapat
dilakukan adalah dengan Kot, dari kata konsisten, maksudnya adalah tetap
konsisten menerapkan nilai-nilai yang ditanamkan oleh sekolah. Nilai-nilai
peduli sampah yang ditanamkan oleh sekolah, tetap diterapkan di mana pun siswa
berada. Berdasarkan pengalaman saya, saya pernah menemukan seorang siswa
membuang sampah ke sungai pada saat dibonceng oleh ibunya. Ternyata hal itu
dilakukan karena di rumahnya telah terbiasa membuang sampah ke sungai. Miris
sekali, ini sangat menyedihkan. Hati saya rasanya teriris mendengar jawaban
siswa itu. Sekolah mengajari yang baik, di rumah malah dibiasakan yang tidak
baik.
Pada akhirnya, mari kita mulai
untuk menerapkan langkah-langkah ini di sekolah kita. Satu; Bu Nya, buang
sampah pada tempatnya. Dua; Bu Is, buang sampah sesuai jenisnya. Tiga; Naik, menaikkan
kesadaran terhadap sampah yang berserakan di sekitar. Empat dan lima; Angkot,
kurangi produksi sampah dan tetap konsisten melakukan langkah-langkah ini. Dengan
langkah-langkah ini, saya yakin kebersihan sekolah akan terjaga.
Kita semua memiliki tanggung jawab
untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah kita, tanpa terkecuali. Dari guru
sampai siswa. Dari yang dewasa sampai yang remaja. Tolong diingat, langkah-langkah
ini hanya akan menjadi ide bagus jika tidak dilaksanakan.
Demikian pidato saya. Semoga pesan
yang saya sampaikan dapat dipahami oleh semua. Semoga ide yang saya sampaikan
dapat diterapkan oleh semua. Kita semua dapat lebih peduli terhadap kebersihan
lingkungan kita agar lingkungan sekolah kita menjadi lebih bersih, nyaman, dan
sehat. Terima kasih atas perhatian Bapak/Ibu dan seluruh siswa. Saya memohon
maaf jika ada perkataan saya yang kurang pas di hati.
Wassalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
Komentar
Posting Komentar